Kadipaten Sumenep (Atau
sering dikenal sebagai Kadipaten
Madura), adalah sebuah monarki yang pernah menguasai seluruh Pulau
Madura dan
sebagian daerah tapal kuda. Pusat pemerintahannya berada di Kota
Sumenep sekarang.
Pada tahun 1269, dimasa pemerintahan Arya Wiraraja wilayah ini
berada dibawah pengawasan langsung Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1559, dimasa pemerintahan Kanjeng Tumenggung Ario Kanduruwan,
wilayah yang terletak di Madura Timur ini berada pada kekuasaan penuh
Kesultanan Demak dan baru pada pemerintahan Pangeran Lor II yang berkuasa pada
tahun 1574, wilayah Kadipaten Sumenep berada dibawah pengawasan langsung
Kasultanan Mataram.
Pada tahun 1705, akibat perjanjian Pangeran Puger dengan VOC,
wilayah ini berada dalam kekuasaan penuh Pemerintahan Kolonial. Selama Sumenep
jatuh kedalam wilayah pemerintahan Hindia-Belanda, wilayah
ini tidak pernah diperintah secara langsung, para penguasa Sumenep diberi
kebebasan dalam memerintah wilayahnya namun tetap dalam ikatan-ikatan kontrak
yang telah ditetapkan oleh Kolonial Kala itu. Selanjutnya pada tahun 1883,
Pemerintah Hindia Belanda mulai menghapus sistem sebelumnya (keswaprajaan),
Kerajaan-kerajaan di Madura termasuk di Sumenep dikelola langsung oleh Nederland Indische Regening dengan diangkatnya seorang Bupati.
Semenjak itulah, sistem pemerintahan Ke-adipatian di Sumenep berakhir.
Peninggalan Kadipaten Sumenep yang terkenal dan masih dapat
disaksikan sampai saat ini antara lain Keraton
Sumenep, Masjid Jamik Sumenep dan Asta Tinggi yang
berada di pusat Kota
Sumenep.
Seperti halnya keraton-keraton di Jawa, budaya
halus dan tata krama yang sopan serta bahasa sehari-hari yang santun juga
menjadi identitas budaya, baik di seputar lingkungan Keraton Sumenep maupun di
lingkungan masyarakat Sumenep pada umumnya. Walaupun Keraton Sumenep saat ini
sudah tidak berfungsi lagi sebagai istana resmi Adipati Sumenep ataupun pusat
pengembangan budaya Madura, tetapi kebiasaan peninggalan masa kejayaan
Kadipaten Sumenep masih sangat terasa, tak heran jika banyak orang menjuluki
Sumenep sebagai 'Solo of Madura'.
0 komentar:
Posting Komentar